Essay "Dampak Virus Corona di Bidang Pendidikan" oleh Intan Puspita

 

Dampak Virus Corona di Bidang Pendidikan

Covid 19 atau Corona Virus Disease-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus corona jenis baru. Penyakit ini awalnya menjadi epidemi di Wuhan, Tiongkok pada bulan Desember 2019. Namun, seiring berjalannya waktu, epidemi ini semakin meluas hingga menjadi sebuah pandemi gobal. Adanya pandemi ini tentunya berdampak pada kehidepan manusia dalam berbagai bidang. Salah satunya ialah bidang pendidikan. Sehingga semua aktivitas diluar rumah hendaknya dikerjakan dirumah saja. “Saya  masih  melihat  banyak  sekali  masyarakat  yang  sebenarnya  mampu  bekerja  dari  rumah  masih  saja  beraktivitas  diluar  rumah.  Untuk  itu  saya  menekankan  beberapa  hal.  Nomor  satu,  virus  corona  bukan  virus  yang  bisa  diremehkan. Ini  virus  berbahaya  dengan  tingkat  penularan  sangat  cepat,” beri tahu Nadiem Makarim via akun Instagram terverifiksi miliknya.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mendukung kebijakan pemerintah daerah yang meliburkan kegiatan belajar mengajar dan merubahnya menjadi pembelajaran secara online yag dilakukan dirumah karena penyebaran virus corona yang semakin mengkhawatirkan. “Dampak  penyebaran  Covid-19  akan  berbeda  dari  satu  wilayah  dengan  wilayah  lainnya.  Kami mendukung  kebijakan  (meliburkan  sekolah)  yang  diambil  pemda,” ujar Nadiem seperti dikutip Antara, Minggu (15,3). Hal ini karena kesehatan, keamanan dan keselamatan peserta didik, duru dan tenaga pendidik harus menjadi prioritas utama. Bakan, dia mendukung penundaan pelaksanaan Ujian Nasional (UN) jika memang di perlukan.

Hal ini menyebabkan pembelajaran dilaksanakan di rumah, karena Pendidikan harus tetap berjalan. Sehingga dibutuhkan kreatifitas dari para guru untuk menjadikan pembelajaran di rumah menjadi menyenangkan. Seperti pendapat dari Sekretaris Jendral Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Heru Purnomo. “Srateginya  harus  dipetakan  oleh  bapak  dan  ibu  guru. Maka  itulah  yang  kemudian  diserahkan  dalam  bentuk  soal  saja, dari  hasil  pengamatan  itu  artinya  untuk  mengejar  target  kurikulum. Ini  adalah  home  learning  yang  selama  ini  ada  di  dalam  kelas  reguler  karena  kondisi  darurat”.

Namun, tidak semua sekolah atau lembaga pendidikan bisa untuk melakukan pembelajaran secara onine. Seperti sekola-sekolah yang berada di pelosok desa yang minim akan fasilitas online dan juga keterbatasan signal. “Sekolah-sekolah  yang  tidak  memiliki  fasilitas  oline  ini  akan  mengalami  kesulitan  dalam  mengejar  ketertinggalan  materi  pembelajaran,” kata peneliti dari Center for Indonesia policy Student (CIPS) Nadia Fairuza Azzahra lewat keterangan tertulis. Begitu juga dengan para siswa yang ekonominya lemah, mereka akan kesulitan untuk melaksanakan pembelajaran online. Bisa karena tidak ada uang untuk membeli kuota, atau bahkan tidak memiliki telepon genggam sehingga tidak bisa melaksanakan pembelajaran secara online.

Namun, seharusnya para guru lebih memperhatikan lagi akan tugas-tugas yang diberikan kepada siswanya, juga lebih mengerti kemampuan siswanya. Seperti halnya keluhan yang disampaikan salah seorang siswa SMA di Kuningan, Jawa Barat. Ia mengeluh karena tugas yang diberikan secara online lebih banyak daripada sekolah biasanya. “Sejak  belajar  di  rumah  tugasnya  melebihi  seperti  sekolah, sampai  tensi  saya  naik  pak,  bu  80/100,  padahal  usia  saya  masih  16  tahun,  tapi  anak  seumuran  saya  sudah  kena  darah  tinggi,  tensi  saya  naik  karena  saya  menghadap  ke  telepon  genggam  terus  selama  berjam-jam  untuk  mengerjakan  tugas-tugas”, cerita seorang siswa SMA di Kuningan, Jawa Barat lewat keterangan resmi PKAI, Kamis (19/3/2020). Oleh karena itu, hendaknya pemberian tugas lebih disesuaikan lagi dengan kemampuan siswa.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Makalah "Teori Kognitivisme"

Jurnal "Kurangnya Kepedulian Masyarakat Terhadap Lingkungan" oleh Intan Puspita